Kamis, 22 Maret 2012

DKI-1 2012: Popularitas Vs. Kekuatan Uang Vs. Solidaritas Kelompok, Siapa Menang?

Fauzi Bowo-Nahrowi Ramli
Pengamat politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM, Ari Dwipayana, mengatakan Pilkada DKI Jakarta adalah pertarungan antara popularitas dengan kekuatan uang dan solidaritas kelompok.

Menurut Ari, pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama (Jokowi-Ahok) adalah satu-satunya pasangan yang mengandalkan modal besar dari segi popularitas. “Jokowi terkenal inovatif dan Ahok yang Chinese harapan baru bagi masalah multietnis di Jakarta. Mereka unik dan fenomenal,” kata Ari, Rabu, 21 Maret 2012.

Menurut Ari, Jokowi-Ahok terkenal pernah mengeluarkan kebijakan populis di Solo dan Belitung Timur sehingga secara personal tampak kreatif dan menjadi idola media. Namun, Ari mengingatkan, jalan bagi pasangan ini menuju DKI 1 dan DKI 2 belum tentu mulus. Sebab, dalam tradisi elektoral di Indonesia, popularitas tak selalu kongruen dengan elektabilitas figur. “Mereka tak punya uang. Itu kelemahannya,” kata Ari.

Jokwi-Ahok
Padahal, kata pengajar Program Pascasarjana Fisipol UGM ini, uang masih berperan kuat dalam kontestasi elektoral di Indonesia. Contohnya Alex Nurdin, calon dari Partai Golkar atau Fauzi Bowo, incumbent calon Partai Demokrat, memiliki modal yang tak dipunyai pasangan Jokowi-Ahok ini. “Golkar lebih memilih Alex ketimbang Tantowi yang lebih populer, pasti karena perhitungan logistik,” kata Ari.

Selain uang, Ari menambahkan, solidaritas kelompok keagamaan dan etnis juga masih menjadi tolak ukur kemenangan pilkada di banyak daerah. Kata dia, Fauzi Bowo memiliki kedekatan dengan kelompok Betawi, sedangkan Hidayat Nurwahid punya basis pendukung dari kelompok keagamaan yang kuat. “Jadi, semua partai besar usung calon dengan keunggulan berbeda,” kata Ari.

Alex Noerdin-Nono Sampono

Situasi ini, menurut Ari, bisa menjadi penentu perubahan model tradisi elektoral di Indonesia. Dia menilai, hasil pilkada ini akan membuktikan seberapa besar harapan masyarakat pada munculnya figur pemimpin alternatif yang memiliki citra kreatif dan punya ide-ide baru. “Semua tahu, Jakarta barometer nasional, hasil Pilkada DKI Jakarta pasti berpengaruh pada Pemilu 2014,” ujarnya.


Hidayat Nurwahid-Prof. Didik J Rachbini

ADDI MAWAHIBUN IDHOM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...