Rabu, 07 Desember 2011

Globalisasi dan teknologi modern kini memungkinkan gerakan sosial melampaui perbatasan secepat menjalarnya ide

New York - Gelombang protes yang berawal dari Tunisia pada Januari lalu menyebar ke Mesir, Spanyol, dan seluruh dunia hingga ke Wall Street dan kota-kota di Amerika Serikat. .

Protes sosial telah menemukan lahan subur di mana-mana: rasa bahwa "sistem" telah gagal dan keyakinan bahwa proses pemilihan dalam demokrasi tidak benar--setidaknya perlu tekanan kuat dari jalan.

Mei lalu, saya pergi ke Tunisia saat protes melanda negara tersebut. Juli, saya juga berbicara di Spanyol, dari sana saya menemui kaum muda di Tahrir Square, Kairo. Beberapa minggu lalu, saya berbicara dengan pengunjuk rasa di Wall Street, New York.

Ada tema yang dinyatakan oleh Occupy Wall Street Movement dalam kalimat sederhana, yaitu "Kami adalah 99 persen".

Slogan ini menggemakan judul sebuah artikel yang baru saja saya terbitkan berjudul "dari 1 persen, untuk 1 persen, dan 1 persen" yang menggambarkan ketidaksetaraan di Amerika Serikat. Sebanyak 1 persen dari populasi mengontrol lebih dari 40 persen kekayaan dan menerima 20 persen lebih dari pendapatan.

Orang-orang dalam strata ini sering dihargai karena begitu kaya. Namun mereka tidak memberikan kontribusi lebih untuk masyarakat bahkan dikenal sebagai pemburu rente.

Saya tidak menyangkal bahwa dari beberapa orang terkaya memberi kontribusi besar. Memang manfaat sosial dari banyaknya inovasi biasanya melebihi dari apa yang diterima oleh para penemu. Namun di seluruh dunia, pengaruh politik dan praktek anti-persaingan telah menjadi pusat peningkatan ketidaksetaraan ekonomi.

Dalam sistem pajak, seorang miliarder seperti Warren Buffett atau para spekulan, membayar pajak lebih rendah dibandingkan sekretarisnya bila dihitung dari persentase pendapatannya. Padahal mereka ikut terlibat dalam ambrolnya ekonomi global.

Penelitian dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bagaimana gagasan-gagasan penting dan keadilan. Demonstran Spanyol dan pengunjuk rasa negara lain berhak untuk marah. Para bankir mendapat dana talangan, sementara mereka harus mengurus diri sendiri. Lebih buruk lagi, para bankir sekarang kembali pada posisi mereka dan mendapat bonus jauh lebih besar dari yang diimpikan para pekerja sepanjang hidup mereka. Sementara anak-anak muda yang giat belajar tak melihat prospek pekerjaan yang cerah.

Ketidaksetaraan ini seperti lingkaran setan; para pemburu rente menggunakan kekayaan untuk membuat undang-undang yang melindungi dan meningkatkan harta serta pengaruh mereka. Mahkamah Agung Amerika Serikat memutuskan memberi kebebasan bagi korporasi untuk menggunakan uang mereka untuk mempengaruhi arah politik.

Di saat yang sama, polisi menghalau para demonstran yang berunjuk rasa di Wall Street melalui pengeras suara. Perbedaan antara banyaknya kebijakan demokrasi dan para bankir yang tidak diatur tidak diperhatikan. Namun para demonstran cerdik, melalui speaker, suara mereka terdengar di kerumunan sehingga saya bisa mendengarnya. Namun agar dialog tidak terganggu oleh suara tepuk tangan, mereka menggunakan sinyal tangan kuat untuk mengekspresikan persetujuan mereka.

Mereka benar bahwa ada sesuatu yang salah tentang "sistem" kita. Di seluruh dunia, sumber daya kita kurang dimanfaatkan, orang yang ingin bekerja, mesin menganggur, bangunan yang kosong. Banyak kebutuhan yang tak terpenuhi, seperti memerangi kemiskinan, mempromosikan pengembangan, dan memperkuat ekonomi untuk pemanasan global.

Di Amerika, setelah lebih dari tujuh juta rumah disita dalam beberapa tahun terakhir, rumah-rumah kosong dan banyak tunawisma. Para pengunjuk rasa telah dikritik karena tidak memiliki agenda.

Hal ini luput dari perhatian para demonstran. Mereka malah mengekspresikan rasa frustrasi pada proses pemilihan umum. Mereka adalah alarm.

Pada 1999, saat terjadi protes anti-globalisasi di Seattle, saat diresmikannya putaran baru perdagangan, yang membuat kegagalan global dan lembaga-lembaga internasional dan perjanjian yang mengatur itu, media melihat tuduhan para demonstran mengandung kebenaran. Negosiasi perdagangan dan Dana Moneter Internasional melakukan reformasi yang signifikan.

Begitu pula di Amerika, para pengunjuk rasa menuntut rasialisme dihapuskan pada 1960-an. Masalah warisan ini belum sepenuhnya diatasi, namun pemilihan Presiden Barack Obama menunjukkan seberapa jauh protes mereka menggerakkan Amerika.

Pada satu tingkat, pengunjuk rasa meminta sedikit kesempatan menggunakan keterampilan mereka, hak untuk bekerja dengan upah yang layak, adil dan ekonomi yang menggerakkan masyarakat. Harapan mereka adalah evolusioner, bukan revolusioner.

Namun pada tingkat lain, mereka meminta banyak: demokrasi ketika orang bukan uang, materi, maupun ekonomi pasar, yang memberikan apa yang seharusnya dilakukan. Keduanya berhubungan: seperti telah kita lihat, pasar bebas menyebabkan krisis ekonomi dan politik.

Pasar bekerja dengan beroperasi pada kerangka kerja peraturan pemerintah yang tepat dan kerangka kerja yang didirikan hanya dalam demokrasi yang mencerminkan kepentingan umum, bukan kepentingan segelintir orang saja. Pemerintahan yang baik, yang hanya bisa dibeli dengan uang, ternyata tak lagi cukup.

Penulis: Joseph E. Stiglitz

Stiglitz adalah profesor di Columbia University, seorang pemenang Nobel di bidang ekonomi, dan penulis Freefall: Pasar Bebas dan Tenggelamnya Ekonomi Global.

Copyright: Project Syndicate, 2011.
www.project-syndicate.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...