Senin, 05 Desember 2011

Jokowi yang mendapat skor paling tinggi dari para pakar dan tokoh Jakarta

Hasil Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan lembaga Cyrus Network menyebutkan, Walikota Solo Joko Widodo atau biasa disebut Jokowi merupakan sosok yang tepat untuk pimpin Jakarta ke depan.

Menanggapi hal itu, pengamat politik dari LIPI, Ikrar Nusa Bakti mengaku tidak terkejut dengan hasil survei tersebut.

"Ini memang menunjukkan bahwa betapa pengalaman seseorang dalam kepemimpinan menjadi penilaian tersendiri untuk layak dipilih," ujar Ikrar di Jakarta, Minggu 4 Desember 2011.

Jokowi yang mendapat skor paling tinggi dari para pakar dan tokoh Jakarta, dinilainya suatu hal yang wajar. Keberhasilan Jokowi memimpin Solo, menurut Ikrar, layak diusung sebagai calon gubernur DKI Jakarta.

"Jika dilihat sisi alasan dilakukan otonomi khusus dan desentraliasi oleh pemerintah, kansebenarnya untuk memberikan kesempatan tokoh daerah naik pangkat," kata Ikrar.

Ikrar mencontohkan, Abraham Samad yang baru saja terpilih menjadi Ketua KPK juga karena alasan Komisi III DPR menaikkan pangkat tokoh daerah. Demikian juga kepada Busyro Muqoddas dan Mahfud MD yang merupakan tokoh akademisi dari UII Yogyarakta, diberi kepercayaan oleh DPR menjadi pemimpin lembaga negara seperti KPK dan MK.

"Jadi memang bisa saja orang dari daerah naik pangkat jadi tokoh nasional. Maka saya tak kaget jika Jokowi diberi kesempatan untuk memimpin Jakarta, why not," kata Ikrar.

Hal senada diungkapkan pengamat politik dari Charta Politica, Yunarto Wijaya. Menurutnya, tokoh yang punya prestasi dan bukti keberhasilan memimpin memang akan lebih mudah mendapat kepercayaan.

"Masyarakat akan melihat orang tersebut sebagai figur yang lebih dibanding kandidat lainnya, tanpa repot mempopulerkan diri," kata Yunarto.

Selain itu, menurutnya, masyarakat Jakarta juga dipengaruhi oleh pandangan kelas menengah. Maka kemunculan Fadel Muhammad, Sandiaga S. Uno, dan Chairul Tanjung dalam survei opini pakar tersebut merupakan hal yang menarik bagi masyarakat.

"Ini menarik, karena kelas menengah meskipun jumlah mereka tidak banyak, tetapi perannya adalah social influence," kata Yunarto.

Baca hasil FGD Cyrus Network yang bekerja sama dengan Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia di sini. VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...